Kamis, 14 Juli 2011

Sejarah GKP Tasikmalaya

Alamat: Jalan Selakaso no.61 Tasikmalaya 46121
Telepon: 0265-332588
Pos Kebaktian Pangandaran
Alamat: d.a Ir. Susanto Darmadi; Toko Panen Putra Jalan Raya Cijulang Km 3, Wonoharjo-Pangandaran
Telepon: 0265-639022 / 0265-639584
Pos Kebaktian Cinyenang
Alamat: d.a Bp. Idi; Sidamulya-Cisaga,Banjar
Gembala yang melayani :
1896 – 1934 : Zendeling H.Muller NZV
1934 – 1936 : Konsulen (Zendeling L.M van Noppen )
1936 – 1939 : Pdt. Jakobus Kotong.
1939 – 1949 : Pdt. J. Paimin.
1950 - 1953 : G.J. Silas Djalimun.
1953 – 1961 : ?
1961 - 1968 : Konsulen ( Pdt Arsin Dani ).
1968 - 1985 : Pdt. Remi Musa.
1985 – 2000 : Pdt. Megiana Hanafiah, S.Th.
2000 – 2006 : Pdt. Kurniada Lampung, S.Th.
2006 – sekarang : Pdt. Hendrato, S.Si.
Pada tahun 1896, Zendeling H. Muller dibantu seorang guru Lewi Djalip datang ke Tasikmalaya kemudian menyewa satu grdung untuk tempat tinggal dan tempat kebaktian.
Pada tahun 1896 itu juga, dibaptiskan 22 orang dan diantaranya adalah J. Paimin. Pengabaran Injil dilakukan dengan cara-cara ; Membuka Sekolah, Berkumpul dengan Orang tua murid dan Kebaktian di Gereja.
Tahun 1900, H. Muller pindah ke Cikembar menggantikan Zendeling S van Eendenburg, di Tasik malaya digantikan oleh Zendeling J.H.Blinde sampai 1902, selama dalam kepemimpinannya sempat membeli sebidang tanah yang kemudian nanti menjadi komplek Gedung GKP Jemaat Tasikmalaya. Tahun 1902, pelayanan langsung dari Bandung. Kemudian tahun 1905 oleh Zendeling C.J. Hoekendick yang berkedudukan di Garut, jemaat mengalami kemunduran dari 22 orang yang telah dibaptis pertama tinggal 9 orang. Pada tahun 1913 pelayanan dilanjutkan oleh Laban Djalimun yang dipindah dari Cirebon.
Tahun 1916-1918, Zendeling J . Iken melayani jemaat Tasikmalaya tetapi tinggal di Bandung,
Tahun 1918 datang Zendeling J.H de Groot tinggal disini melayani selama dua tahun , kembali dilayani oleh Zendeling J. Iken, pada masa ini dibeli lagi sebidang tanah untuk mendirikan sekolah dan gedung Gereja.
Tahun 1920-1927 , Zendeling L.M van Noppen melayani disini dengan kedudukan di Garut. Dalam masa ini, yaitu tanggal 29 April 1923, berdirilah sebuah gedung Gereja yang peresmiannya dihadiri oleh H.D. Woortman selaku pimpinan NZV disini pada waktu itu. Berganti –ganti pimpinan jemaat Tasikmalaya dari Zendeling L.M van Noppen ke Zendeling L.H Put kembali ke Zendeling L.M van Noppen sampai tahun 1934 GKP berdiri sendiri.
Setelah GKP berdiri sendiri, pertama di GKP Jemaat Tasikmalaya di tahbiskan pada tanggal 1 Agustus 1936 Bapak Jakobus Kotong, menjadi pendeta di jemaat Tasikmalaya sampai tahun 1939. Kemudian pindah ke Karawang.
Pada tanggal 15 Januari 1939, kembali ditahbiskan Bapak J. Paimin menjadi pendeta GKP jemaat Tasikmalaya dan melayani hanya sampai tahun 1949. karena kesehatannya beliau mengundurkan diri dari jabatan kependetaannya. Setelah beberapa bulan mengalami kekosongan, pada tahun 1950 Guru Jemaat Silas Djalimun ditugaskan melayani sampai tahun 1953. Dari tahun 1953 sampai 1961 GKP Jemaat Tasikmalaya kembali mengalami kekosongan dan Pdt Arsin Dani dari Garut , membantu sebagai konsulen mulai tahun 1961 – 1968.
Pada tahun 1968 ditahbiskan Sdr. D.Subrata STh, menjadi pendeta GKP Jemaat Tasikamalaya sampai tahun 1970,
Tahun 1968, Sdr Remi Musa ditahbiskan menjadi pendeta melayani sampai tahun 1985,
Pdt Megiana Hanafiah STh, ditahbiskan tahun 1985 dan melayani sampai tahun 2000,
Pdt Kurniada Lampung STh, mutasi dari GKP Jemaat Haurgeulis melayani dari tahun 2000 – 2006.
Pdt Hendrato Ssi melayani GKP Jemaat Tasikmalaya mulai tahu.2006 , mutasi dari GKP Jemaat Sumedang.
Mulai tahun 1959–1967, keanggotaan GKP Jemaat Tasikmalaya terdiri dari orang Sunda dan Tionghoa yang jumlahnya tidak besar dan sebagian besar anggota jemaatnya adalah dari berbagai etnis Nusantara, yang umumnya adalah anggota tentara yang sedang bertugas dan pendatang yang bekerja di Tasikmalaya.
Seiring dengan berjalannya waktu dan perubahan situasi, sebagaian besar tentara yang bertugas di Tasikmalaya berangsur-angsur dipindah-tugaskan ke daerah lain, jemaat pun semakin berkurang.
Salah satu fenomena unik yang terjadi di GKP Jemaat Tasikmalaya adalah jumlah jemaat yang terus berubah-ubah dari tahun ke tahun. Hal itu disebabkan jemaat Tasikmalaya umumnya merupakan pendatang dari luar daerah yang kebetulan bertugas di Tasikmalaya.
Saat ini GKP Jemaat Tasikmalaya memiliki dua pos kebaktian, yaitu Pos Kebaktian Pangandaran dan Pos Kebaktian Cinyenang.Pos kebaktian Pangadaran dibentuk pada tahun 1971, yaitu dimulai dengan tiga orang jemaat. Kebaktian pada saat itu dilakukan di rumah Bpk.Happy (Alm.). Kemudian pada tahun 2005 kebaktian itu dipindahkan ke Wisma GKP di Jln. Parapat Pangandaran.
Pos kebaktian Cinyenang dibentuk pada Tahun 1959 dengan jumlah jemaat 40 orang. Pada saat itu jemaat dilayani oleh Pdt. Basuki. Kebaktiannya sendiri dilangsungkan di rumah keluarga Jahuri (Alm.). Kemudian pada tahun 1962 kebaktian itu dipindahkan ke gedung gereja di Kampung Cinyenang RT 23, RW 13, Sidamulya, Ciamis.

Selasa, 12 Juli 2011

Youth GKP Tasikmalaya
























Pacaran Beda Agama? Putus atau Jalan Terus?

Konon katanya, cinta tak mengenal batas. Beda usia yang mencolok, sampai 20 tahun pun, tidak masalah. Beda suku bisa dilakoni. Tapi beda agama, haruskah kita mengalah dan mengubur keyakinan kita demi sebuah kata cinta?

Sebagai orang percaya, kita bukan hidup dalam nilai-nilai dunia. Bagi orang dunia, cinta adalah segalanya. Atas nama cinta, semua boleh dikorbankan. Namun sebagai orang percaya, jatuh cinta bukanlah segala-galanya dalam hidup kita. Tuhanlah yang nomor satu, yang lain nanti Dia tambahkan.

Sayangnya, cinta sering datang tak diundang. Kalau cinta udah menyapa, orang yang kita nggak suka pun bisa buat kita terkena panah asmara dan jadi berbunga-bunga. Benci pun akhirnya bisa menjadi rindu. Perasaan bisa dibuat melambung tinggi, yang membuat kita kadang terbuai dan melupakan aturan-aturan firman dalam memilih pasangan. Salah satu yang kerap menjadi pertanyaan adalah masalah beda agama atau keyakinan.
Teman-teman Youth, Alkitab itu jelas, nggak pernah abu-abu ketika bicara tentang hal ini. Firman-Nya berkata,
"Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?" (2 Kor. 6:14)

Bagi dunia, pasangan beda agama nggak masalah. Toh menurut mereka, cinta bisa ngalahin segalanya, meski faktanya beda. Tapi bagi Tuhan, hal itu disebut nggak seimbang. Nggak akan pernah seimbang! Bagaikan gelap dan terang. Sekeras apa pun diusahakan untuk bersatu, nggak akan pernah bisa. Sama dengan minyak dan air, selalu akan tampak beda.

Teman-teman Youth, dunia ini berusaha menghalalkan segala cara, termasuk cinta. Tapi firman Tuhan adalah kebenaran absolut yang kita pegang untuk urusan apapun dalam hidup kita, termasuk pasangan hidup.

Satu hal yang perlu kita ingat adalah: Tuhan satu-satunya pribadi yang punya inisiatif dan rencana untuk membuat kita berpasang-pasangan. Bahkan, sebelum Adam minta, Tuhan telah berencana beri Adam pasangan yang sepadan. Jadi sebetulnya Tuhan sendiri yang punya inisiatif. Bukan keinginan kita atau semata-mata karena cinta. Jatuh cinta sih boleh aja, tapi jangan sampai hal itu jadi segalanya dalam hidup kita. Ada rencana Ilahi yang harus kita emban dan kerjakan, kalo kita bicara soal membangun hubungan dan pernikahan.

Pernikahan Bukan Penginjilan

Banyak orang pakai alasan penginjilan untuk membenarkan pendapat mereka tentang pernikahan beda agama. Tapi Alkitab nggak pernah anjurkan pernikahan sebagai ajang penginjilan. Pernikahan punya visi lebih besar dari sekedar penginjilan : melahirkan keturunan Ilahi yang akan berkuasa di bumi. Tanpa kesepadanan, sangat sulit mengarungi pernikahan yang kudus dan berkenan di mata Tuhan.
Nah, selagi kita masih muda, kita perlu belajar untuk menguasai perasaan kita, terutama pas kita sedang jatuh cinta. Saat jatuh cinta biasanya akal kita sulit untuk diajak berpikir jernih. Sulit untuk dengar kata "Nggak" tapi, kita perlu menaati apa yang firman Tuhan katakan, bukan malah mencari-cari firman yang membenarkan tindakan kita.

Selagi kita masih muda, yuk belajar bangun hidup di atas firman, bukan apa kata dunia. Dunia memuja perasaan "Apa yang kau pandang baik, perbuatlah!"
Tapi kata Tuhan berbeda. Firman adalah hal absolut dalam hidup kita. Kita nggak bisa pilih-pilih untuk praktekin firman, termasuk dalam memilih pasangan hidup.
Kalau Alkitab bilang "Nggak", jangan cari cara supaya Tuhan bisa melunakkan hati-Nya dan menyetujui alasan kita. Bukan Tuhan yang harus menuruti kemauan kita tapi kitalah yang perlu belajar lembutkan hati untuk lakuin kehendak Tuhan.

Teman-Teman Youth, Tuhan punya rencana indah dan kekal atas pernikahan umat-Nya. So, kita perlu serius berpikir ketika kita membangun hubungan dengan orang yang beda agama. Sebelum hati kita terpaut jauh, sebelum cinta membutakan dan hati kita kena panah asmara; lebih baik jauh-jauh hari berkata tegas, 'Tuhan aku mau jaga diriku, dan berjalan hanya dalam kebenaran firman-Mu"

Jadi, pacaran beda agama boleh nggak? udah taukan jawabannya ^_^

 

Apa alasan Anda menikah?

"Apa alasan anda menikah?" tanya salah seorang pembimbing. Semua pasangan yang akan menikah yang berada diruangan tersebut terdiam. Beberapa saat kemudian, salah seorang pria angkat bicara, "Supaya bahagia pa!", "Biar punya keturunan dan hidup tak kesepian!" celetuk yang lain sambil agak malu-malu, "Biar hidup ini tenang pa! karena bisa saling memperhatikan", "juga menghindari perzinahan pa!" celetuk yang lain lagi. Jawaban terhadap pertanyaan ini akan terus berkembang dan akan berlainan satu dengan yang lainnya. Mungkin kitapun punya jawaban tersendiri mengenai hal ini bukan?

Mulanya Allah menciptakan manusia segambar dengan diri-Nya. Dan Dia berkata,“sungguh amat baik”. Tetapi karena dosa, gambar Allah dalam diri manusia rusak dan harus dipulihkan. Dan hanya satu Pribadi yang sanggup memulihkan yaitu Yesus Kristus. Sebab itu terimalah Dia, maka DIA akan memulihkan kembali gambar diri Allah dalam hidup kita. Inilah langkah awal yang harus dialami oleh setiap pasangan sebelum mengalami kemenangan atas berbagai hal, termasuk atas konflik.

Maksud pernikahan yang sesungguhnya adalah untuk saling menolong agar keduanya semakin segambar dengan Allah. Apabila dasarnya seseorang menikah demikian, maka ketika terjadi konflik, mereka akan ingat bahwa mereka tidak semestinya saling menuntut atau menyalahkan, justru di saat konflik mereka harus lebih lagi saling mengasihi dan menolong satu sama lain agar semakin dewasa seperti Kristus. Kebahagiaan, sukacita, damai sejahtera, berkat-berkat-Nya dan kemenangan atas konflik menjadi bagian mereka senantiasa.

“Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus  memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh yang lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.” ( Galatia 6:1)

Taken from NK 10 juli 2011

Senin, 27 Juni 2011

Pacaran Menurut Alkitab

Berpacaran adalah konsep masyarakat modern, artinya baru beberapa puluh tahun inilah kita mengenal konsep tersebut. Di masa lampau hal ini tidak di kenal karena perkawinan biasanya diatur oleh pihak keluarga atau orang tua kedua belah pihak. Mengapa demikian? Karena memang perkawinan bukan cuma masalah pribadi kedua orang yang terlibat saja, melainkan mempunyai dampak yang luas kepada keluarga dan seluruh masyarakat sekitarnya. Dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi membawa suatu perubahan besar bagi generasi muda, mereka belajar bersama dan bergaul bersama dan menuju kedewasaan bersama. Dalam pergaulan sering kali berkembang pada hubungan-hubungan yang khusus yang menjurus ke pada persahabatan atau kepada pacaran.

Pacaran adalah dampak dari pergaulan sehingga munculah hubungan (muda-mudi), dua orang yang tidak sejenis, berdasarkan rasa cinta. Jadi berpacaran adalah suatu proses di mana seorang laki-laki dan perempuan menjajaki kemungkinan adanya kesepadanan di antara mereka berdua yang dapat dilanjutkan ke dalam perkawinan. Jadi apabila kita melihat pengertian di atas, maka berpacaran itu bukanlah sekedar bersenang-senang melampiaskan nafsu, mengisi kekosongan, tetapi di dalam berpacaran itu ada suatu keseriusan dan kesungguhan untuk menjalin hubungan kedua belah pihak, yang menuju kepada suatu pertunangan. Namun pada umumnya orang salah menginterpretasikan persepsi pacaran yang sesungguhnya yaitu dengan cara menyalahgunakan praktek berpacaran itu sendiri, sehingga menimbulkan dampak yang negatif dan tidak jarang kedua belah pihak saling merugikan, misalnya:
• Ganti-ganti pacar.
• Saling mendewakan.
• Melampiaskan nafsu seksual yang tidak wajar dan belum saatnya di lakukan pada tahap itu.

Sayangnya banyak orang terburu-buru dalam proses ini, sehingga masih terlalu muda, sudah ada remaja yang jatuh cinta dan bahkan merasa yakin bahwa orang yang diidamkan itu pasti merupakan pasangan hidupnya, ada juga pada masa pacaran orang sudah memanggil papi dan mami. Padahal belum tentu mereka akan menjadi suami istri.

Apa yang terjadi apabila ternyata hubungan tersebut putus! Yang terjadi adalah kepahitan dan kekecewaan yang sangat mendalam karena seolah-olah seluruh harapan sudah ditumpahkan kepada sang pacar. Pacaran berbeda dengan persahabatan, pertunangan, dan pernikahan karena pacaran adalah hubungan dua orang yang tidak sejenis berdasarkan cinta. Persahabatan berlangsung antara dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan yang lebih baik. Pertunangan adalah suatu masa yang lebih mendalam dari pada masa berpacaran. Dalam masa ini, suatu pasangan sudah tiba pada tahap perencanaan yang lebih matang untuk memasuki kehidupan keluarga. Pernikahan adalah bersatunya dua lawan jenis menjadi satu daging dan menjadi satu lembaga yaitu Keluarga.

Secara tertulis Alkitab tidak pernah menyinggung soal kata pacaran ini, tetapi ada kisah-kisah dalam Alkitab yang menceritakan kisah hidup seorang pemuda yang begitu sangat mencintai seorang wanita, namanya Yakub (Kej. 29:18). Kisah ini memang tidak dicatat secara terperinci bagaimana sikap kedua insan ini, tetapi yang jelas Yakub mendapatkan Rahel, setelah ia bekerja dengan penuh kesungguhan selama tujuh tahun tujuh hari, tetapi ia harus menambah selama tujuh tahun lagi. Ini membutuhkan suatu ketabahan/kesabaran yang luar biasa. Dalam perjanjian baru mengenai pacaran ini hanya tersirat yaitu bagaimana sikap seorang Kristen misalnya (Roma 12:20) di mana sistim pacaran dunia tidak dapat dipakai oleh seorang Kristen ketika ia ada pada masa-masa pacaran. Dipihak lain

Paulus menasihatkan anak didiknya Timotius yang masih muda itu supaya bisa jadi teladan dari hal percaya, perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan dan kesucian agar orang tidak melihat atau menganggap rendah Timotius masih muda itu. Melihat hal-hal diatas, maka mari kita melihat bagaimana cara anak Tuhan berpacaran menurut konsep Alkitabiah:

1. Pacaran itu harus didasari Kasih Allah
Apa tujuan kita pacaran? Apakah hanya mengisi kekosongan dalam hidup kita, keinginan dalam hidup kita, keinginan mata atau hal-hal yang menyangkut kepada kepuasan diri sendiri, dimana yang menjadi pusat perhatian hanya pada diri sendiri. Sehingga pada masa pacaran timbul istilah bahwa dunia ini hanya milik mereka berdua, dan **beep** gigipun akan rasa coklat … dan sebagainya, … dsb.
Orang dunia mengatakan bahwa asmara itu adalah cinta dan itu sangat dibutuhkan bagi orang yang berada pada masa pacaran. Menurut kamus, asmara itu mempunyai dua pengertian yaitu:
• Cinta Kasih.
• Cinta birahi, dimana seorang anak muda digoda dan tergila-gila pada pasangannya.
Pada dasarnya asmara itu bukan cinta, karena asmara itu naksir/keinginan yang semua ini berpusat pada diri sendiri. Cinta kasih atau Kasih itu menurut Alkitab bisa kita baca dalam 1Korintus 13.4-7. Cinta yang benar tidak dapat dijadikan topeng untuk satu maksud dan motivasi tertentu, cinta yang benar tidak mementingkan diri sendiri, melainkan mengutamakan orang lain. Jadi asmara itu tidak sama dengan cinta sebab dampak dari asmara itu adalah kebalikan dari makna cinta yang sebenarnya. Yes 13.16, 18, ini merupakan ucapan Tuhan kepada Babil, di mana anak-anak muda tidak perduli lagi terhadap Kudusnya pernikahan itu. Sehingga dampaknya kebebasan seks, adanya pengguguran kandungan dsb.

Asmara itu hanya berpusat pada diri sendiri dan biasanya diiringi dengan nafsu (seks) dan itulah adalah dosa. Matius 5.28, menginginkannya saja sudah berzinah.
Simpati itu bisa saja tetapi naksir itu tidak boleh. Jadi pacaran yang benar harus berorentasi pada kasih akan Allah, dimana kepentingan Allah yang harus diutamakan atau diprioritaskan dalam hubungan pacaran itu. Kita harus menunjukkan gaya hidup yang disetujui oleh Allah, bukan berpusat pada diri sendiri. Kasih akan Allah ini membuat kita mengikuti aturan main yang Allah berikan, diantaranya: 2 Korintus 6.14.

Meskipun pada tingkat tubuh dan jiwa pasangan yang tidak seimbang itu dapat bersatu, namun dalam tingkat roh terjadi kekosongan. Pasangan itu tidak dapat berdoa bersama-sama dan tidak dapat menyelesaikan masalah-masalah yang menggoncangkan hubungan mereka dengan Tuhan. Akibat dari hal ini kepentingan pribadi akan didahulukan dari kepentingan Allah.

Jika berpacaran yang benar harus didasari kasih akan Allah, maka dalam hal berpacaran kita harus berani bertanya kepada Tuhan, mengapa demikian? Karena pacaran itu merupakan suatu persiapan kita masuk pada pertunangan dan pernikahan. Jika pacaran itu didasari atas diri kita sendiri, itu seringkali membawa hasil kekecewaan, misalnya ketika kita mengambil sikap memutuskan dia; syukur bila yang kita putuskan itu tidak kecewa, tetapi apabila ia merasa kecewa / sakit hati maka itu berarti kita telah melakukan pembunuhan dan bisa jadi pasangan kita itu akan meninggalkan Tuhan bahkan menjadi murtad. Ini berarti kita berdosa kepada Tuhan.

Percayailah Allah dalam segala hal karena Ia itu Maha Tahu yang tentunya tahu apa yang menjadi kerinduan / kebutuhan kita bahkan Ia menjanjikan masa depan yang penuh harapan, lihatlah Yeremia 29.11; Amsal 23.18. Jadi pacaran
yang benar harus di dasari dengan Kasih Allah sehingga orientasi pergaulan itu hanya ada di dalam tubuh Kristus. Bukan berdua-berdua, karena akibat dari berdua-duaan itu ‘nenek bilang … berbahaya’.

2. Harus Mengikuti Standar Moral Alkitab
Apakah dalam berpacaran dibenarkan perpegangan tangan, berciuman, bermesraan dsb? Telah dikatakan tadi dalam Roma 12.12 bahwa jangan kita menjadi serupa dengan dunia atau dengan kata lain jangan berpacaran ala orang dunia. Berpacaran cara duniawi berbeda dengan berpacaran yang Alkitab / berpacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan.

Perbedaannya yaitu:
Pacaran duniawi bertujuan mencari pengalaman dan kenikmatan dalam hubungan cinta dengan pertimbangan: mungkin besok sudah mencari pacar baru lagi. Pacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan melihat hubungan pacaran sebagai kemungkinan titik tolak yang menuju lorong rumah Nikah.

Pacaran duniawi memanfaatkan tubuh pasangannya untuk memuaskan perasaan seksual, mula-mula pada tingkat ciuman dan pelukan, namun kemudian gampang menjurus kepada tingkat hubungan seksual. Pacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan melihat Tubuh pasanganya sebagai rumah kediaman Roh Kudus (1Korintus 3.16) yang dikagumi dan di hargai sebagai ciptaan Allah yang nanti di miliki dalam rumah nikah, di mana mereka saling menerima satu dengan yang lain dari tangan Tuhan. Pacaran duniawi, berorientasi masa kini (sekarang).

Oleh karena itu sering mengakibatkan luka-luka yang dalam, bila terjadi perpisahan. Pacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan berorientasi pada masa depan (hari esok). Mereka membatasi segala hubungan intim jasmani dengan kesadaran bahwa pacaran ini belum mengikat. Masing-masing harus dapat melepas kan satu dengan yang lainnya (bila terjadi ketidak cocokan) tanpa saling melukai.

Standar Alkitab tentang pacaran yaitu 1Tesalonika 4.3 yaitu Allah berkehendak supaya kita ada dalam kekudusan. Jangan merusak Bait Allah yang di dalamnya Roh Allah bertahta. Mat 5.27-28; Kid 2.7; 3.5; 8.4. Efesus 4.27 mengatakan janganlah beri kesempatan pada iblis sebab dengan kita membuka celah berarti kita telah memberi kesempatan untuk melakukan sesuatu yang tidak Allah kehendaki. Dosa seks akan membawa kita perlahan-lahan masuk pada dunia free seks. Hubungan badani (senggama) antara lawan jenis itu tidak akan berlangsung ketika dua pasangan itu baru mengenal. Ciuman dan pelukan antara seorang pemuda dan pemudi merupakan kontak fisik untuk mendapatkan seksuil dan kenikmatan. Ada empat tingkat intensitas hubungan fisik, di mulai dari yang paling lemah sampai yang paling kuat. Keempat tingkat tersebut ialah:
• Berpegangan tangan.
• Saling memeluk, tetapi tangan masih diluar baju.
• Berciuman.
• Saling membelai dengan tangan di dalam baju.

Ransangan seksuil yang terus menerus akan menciptakan dorongan biologis yang terus memuncak. Ketika dorongan seks menggebu-gebu, kedewasaan, kecerdasan, dan pendirian-pendirian serta iman seringkali tidak berfungsi, atau tersingkir untuk sementara. Banyak pasangan muda berkata bahwa ciuman itu normal, karenan ciuman itu adalah kenikmatan pada masa pacaran dan dianggap akan lebih mengikat tali kasih antara dua belah pihak. Itu adalah pendapat yang sangat keliru karena Alkitab memberikan penjelasan bahwa dampak dari hubungan itu akan membuat seorang merasa bersalah bahkan bisa merubah sayang itu menjadi benci. Contoh 2 Samuel 13.1-15. Cerita ini mengisahkan anak-anak Daud yaitu Amnon dan Tamar di mana Amnon begitu mencintai Tamar, sampai-sampai ia jatuh sakit karena keinginannya untuk memiliki Tamar. Tetapi pada ayat 15 menceritakan setelah mereka jatuh pada dosa seks, timbullah suatu kebencian dalam diri Amnon terhadap Tamar, ini berarti bercumbuan bukan merupakan jaminan akan cinta sejati.

Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus (Ef 4.17-21) supaya anak Tuhan jangan jatuh pada hal berciuman dan lain-lain yang merangsang dalam masa berpacaran karena itu bertentangan dengan Alkitab. Dengan demikian orang-orang Kristen harus menghindari percumbuan dalam masa berpacaran, sebab tindakan tersebut merupakan penyerahan diri kepada seksualitas, membiarkan hawa nafsu berperan, yang nantinya akan membawa kepada kecemaran dan pelanggaran kehendak Allah. Lebih jauh lagi pengajaran-pengajaran moral Paulus kepada anak muda Kristen di mana saja. 1Timotius 5.22 bagian akhir "jagalah kemurnian dirimu". Yesaya 5.20 celakalah yang mengatakan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat. Wahyu 18:2-3 keindahan tubuh telah dipakai setan untuk menghancurkan nilai-nilai iman Kristen. Akhirnya kita akan melihat hubungan seksual muda-mudi sebelum pernikahan dalam konteks Alkitabiah yaitu:
• Dalam perjanjian Lama Ulangan 22.13-30 Ungkapan ini menunjukkan betapa tingginya nilai keperawanan, Amsal 7.13,27.
• Dalam Perjanjian Baru 1Korintus 6.10 Hubungan seksual di luar pernikahan adalah percabulan. 1Korintus 6.13,18,19 Jauhkan dirimu dari percabulan, tubuh kita bukan untuk percabulan.

Hubungan seksual diluar nikah bukan hanya masalah pribadi melainkan mengikutsertakan Tuhan, I Tesalonika 4:3-5,8. Jadi berpacaran itu mempunyai batas-batas tersendiri, karena pacaran itu tidak sama dengan pertunangan dan perkawinan. Artinya sang pacar itu bukanlah suami atau isteri sehingga tidak boleh diperlakukan demikian. Oleh karena itu ada baiknya apabila orang berpacaran pergi bersama-sama dengan teman-teman atau anggota keluarga yang lain sehingga selalu ada rem yang mampu mengendalikan semua tingkah laku.

AKIBAT DOSA DALAM BERPACARAN
Persetubuhan pertama yang disertai dengan perasaan berdosa ini biasanya sangat mengecewakan. Mungkin mereka melakukannya dengan tidak bebas, takut dilihat orang, dan disertai dengan rasa bersalah. Semestinya hubungan seks itu dilakukan dengan santai untuk dinikmati, karena seks adalah ciptaan Allah yang harus dilakukan dengan kesucian dan kemurnian hati.
Ada 2 akibat dari dosa tersebut, yaitu:

A. Akibat Langsung bagi si Gadis
Peristiwa pertama disertai dengan rasa sakit, bukan hanya takut, cemas, atau rasa berdosa. Bagi seorang istri yang ingin sungguh-sungguh menikmati seks, biasanya ada waktu untuk penyesuaian. Si Gadis yang kini sudah tidak perawan lagi itu pulang dengan rasa takut, cemas, mungkin menangis dan mulai membenci pacarnya. Sebelumnya, pacarnya dianggap sebagai pria idamannya, namun sekarang semua telah berubah. Gambaran di atas menggambarkan perubahan perasaannya. Sebelum dosa persetubuhan dilakukan, ia sangat mencintai pacarnya - meskipun sebagian besar dengan cinta eros. Setelah perbuatan dosa itu, cintanya berkurang - bahkan mulai membenci - atau menjadi lebih banyak bencinya daripada cinta yang semula.
Apa yang digambarkan di novel-novel murahan dan tidak realistis itu justru menceritakan cintanya pada pacarnya akan menjadi menggebu-gebu. Perubahan ini juga bisa dialami oleh pria. Alkitab sebagai buku yang realistis menggambarkan hal ini juga (tidak berarti si Pria meninggalkan si Gadis karena muak dan benci, karena hal itu mutlak akan terjadi). Ada di dalam kitab 2 Samuel 13:1-17.

B. Akibat Jangka Panjang
Ada dua kemungkinan kelanjutan dari perbuatan dosa itu, yaitu:
1. Hubungan mereka putus.
Karena kehilangan penghargaan dan timbul kebencian terhadap pacar, kemungkinan hubungan mereka akan putus. Kemungkinan ini lebih besar lagi apabila mereka masih remaja. Lalu, jika hubungan itu putus, siapa yang akan rugi besar? Tentunya si Gadis. Dan si Pria merasa untung, pergi tertawa dan bersiul-siul mencari teman baru. Kalaupun ia menyesal dan tidak tertawa-tawa, tidak ada 'bekas' padanya secara fisik yang merugikan hubungannya dengan teman wanitanya yang lain.

2. Hubungan yang dilanjutkan sampai menikah.
Perbuatan dosa pada masa lalu ini akan sangat merugikan si Gadis dan hubungannya dengan pria lain di masa nanti. Maka timbullah pertanyaan, "Apakah ia harus memberitahu kepada calon suaminya?" Memang pada abad ke-20 ini, pria-pria kita masih mengikuti standar ganda masyarakat. Harga diri pria memang rapuh, mudah retak. Ia perlu yang terbaik. Pikirannya kelak akan dihantui bahwa istrinya 'bekas' orang lain. Memang agak kekanak-kanakkan, tapi banyak pria yang tidak dapat melupakan hal itu.
Sungguh-sungguh memerlukan seorang yang benar-benar dewasa kepribadiannya untuk mengatasi shock dan kecewanya. Perlu juga pria yang rela mengampuni dan dapat melupakan masa lalu tunangannya. Jika sang Pria, tidak dengan kedewasaan Kristus, menerima si gadis 'bekas' namun tetap memaksakan diri untuk menikahinya (entah karena ia cantik, kaya, penting untuk karirnya, atau gengsi - 'Bukankah saya orang Kristen, jadi harus menerimanya?'), akibatnya akan tampak setelah mereka menikah. Ia tidak akan menghargai dan memiliki respek terhadap istrinya. Ia akan menggunakan masa lampau istrinya sebagai senjata untuk 'mengalahkan' istrinya.

Lebih baik tidak usah menikah, daripada menikah tapi tidak dihargai. Pernikahan seperti ini kemungkinan besar akan diracuni oleh perbuatan dosa masa lalu itu. Akibatnya mereka tidak saling mempercayai secara penuh dan ada rasa cemburu. Apabila mereka bertengkar, dosa masa lampau itu juga akan mewarnai dan mempertajam perselisihan itu.

Dalam situasi pernikahan yang parah seperti ini, mereka sangat memerlukan konseling yang dalam. Mereka patut meminta ampun untuk dosa-dosa mereka kepada ALLAH dan pada partnernya. Mereka perlu saling mengampuni, melupakan dosa itu dan menerimanya partnernya sebagaimana adanya. Mereka membutuhkan kasih Ilahi yang dewasa. Tentunya tidak semua pernikahan yang dimulai dengan dosa persetubuhan sebelum menikah berakhir seperti ini, tapi sangat lebih baik mencegah hal-hal tersebut di atas, supaya muda-mudi itu memasuki pernikahan dengan hati yang cerah dan kasih yang tidak dicemari ketidakpercayaan dan perasaan suci.

Agar pemuda-pemudi di dalam Kristus tidak berdiri dengan menangis dan menyesal pada puing-puing ketentuan yang mereka sudah setujui bersama pada awal hubungan mereka, haruslah mereka berorientasi dalam segala pergaulan mereka kepada ke empat nasihat Firman Tuhan yaitu:
• Berdoalah senantiasa, 1Tes 5.17; khususnya pada waktu pacaran.
• Ucapkanlah syukur senantiasa atas segala sesuatu, Ef 5.20; apakah semua pengalaman pada waktu berpacaran menimbulkan ucapan syukur?
• Lakukanlah segala sesuatu berdasarkan iman, Roma 14.23 setiap langkah dalam hubungan pacaran mempunyai dimensi ke atas yaitu tanggung jawab kepada Tuhan.
• Pandanglah tubuhmu dan tubuhnya adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu. Kamu bukanlah milik kamu sendiri, kamu sudah dibeli! Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu (1Korintus 6.19-20).

Tuhan menginginkan yang terbaik untuk kita dalam setiap aspek kehidupan. Termasuk diantaranya hubungan kita dengan kekasih/pacar. Kita berkencan untuk mendapatkan kesenangan, persahabatan, pengembangan kepribadian dan memilih kawan, bukan untuk popularitas atau untuk merasa aman. Jangan biarkan lingkungan pergaulan memaksa kamu memasuki situasi kencan yang kurang pantas. Ketahuilah bahwa lebih dari 50% remaja putri dan lebih dari 40% remaja putra tidak pernah berkencan pada masa-masa SMA. Alkitab memberikan kita beberapa pegangan yang jelas untuk membimbing kita dalam membuat keputusan mengenai soal kencan/pacaran.
  1. Jagalah hatimu.
    Alkitab mengatakan kepada kita untuk berhati-hati dalam memberikan/menyampaikan kasih sayang kita , karena hati kita mempengaruhi segala sesuatu dalam hidup kita.
"Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." ( Amsal 4:23 )
  1. Kamu akan menjadi seperti teman-temanmu bergaul.
    Kita juga cenderung menjadi seperti teman-teman sepergaulan kita. Prinsip ini berhubungan erat dengan yang hal yang pertama dan sama pentingnya dalam pergaulan seperti dalam hubungan kencan/pacaran.
"Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." ( 1 Korintus 15:33)
  1. Orang Kristen hanya boleh berkencan/berpacaran dengan sesama Kristen.
    Biarpun berteman dengan teman non-kristen tidak dilarang, mereka yang khususnya dekat di hati haruslah orang percaya yang sudah dewasa yang merupakan pengikut Kristus yang taat dalam hidupnya.
"Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? " ( 2 Korintus 6:14 ).
  1. Apakah itu cinta yang sesungguhnya?
    1 Korintus 13:4-7 mendeskripsikan cinta yang sesungguhnya. Tanyalah hatimu pertanyaan-pertanyaan berikut:
Apakah kalian sabar satu sama lain?
Apakan kalian baik terhadap satu sama lain?
Apakah kalian saling cemburuan?
Apakah kalian suka menyombongkan baik diri sendiri maupun sang pasangan?
Apakah ada kerendah-hatian dalam hubungan kalian?
Apa kalian kasar memperlakukan satu sama lain?
Apa kalian saling mementingkan diri sendiri?
Apa kalian mudah marah terhadap satu sama lain?
Apa kalian suka mengingat-ingat kesalahan sang pasangan di masa lalu?
Jujurkah kalian satu sama lain?
Apakah kalian saling melindungi?
Apakah kalian saling mempercayai?
Kalau jawabanmu “Ya” untuk semua pertanyaan diatas, artinya 1 Korintus 13 seperti Firman Tuhan berkata, kalian sungguh saling mengasihi satu sama lain. Kalau ada jawabanmu yang “Tidak” atas pertanyaan-pertanyaan di atas, artinya mungkin kalian harus mendiskusikan hal-hal di atas dengan pacarmu. 

Banyak pelajar-pelajar menanyakan, "Seberapa jauh yang kita boleh lakukan dalam berpacaran/berkencan?" Beberapa prinsip yang akan menolongmu untuk memutuskan apa yang pantas dan yang tidak dalam berpacaran/berkencan:
  1. Apakah situasi yang kuciptakan mengundang dosa seksual atau menghindarinya?
    1 Korintus 6:18 berkata "Jauhkanlah dirimu dari percabulan! " Kita tidak dapat melakukan ini apabila kita mencobai diri kita sendiri karena kecerobohan kita.
  2. Bagaimanakah reputasi sang kekasih/pacar?
    Ketika menerima undangan kencan pada dasarnya seperti berkata, "Aku memiliki kesamaan pandangan dengan engkau." Hal inilah yang dapat membuat kamu menyesal nantinya. Ingatlah 1 Korintus 15:33 , "Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik."
  3. Apakah ada pengaruh obat-obatan atau alkohol?
    Jangan merubah pandanganmu hanya untuk pacarmu.
  4. Apa aku tertarik dengan tipe orang yg salah?
    Yakinkan bahwa pesan yang kamu sampaikan dengan perbuatanmu tidak membuat orang lain merubah pandanganmu.
  5. Sadarkah aku kalau dosa itu terbit dari hati?
    Matius 5:28 berkata, "Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya sudah berzinah dengan dia dalam hatinya"
  6. Apakah tempat berkencanmu tepat dan pantas?
    Tujuan yang baik kadang terlupakan oleh godaan dan kesempatan yang terlalu besar.
  7. Apakah aku melakukan sesuatu yang merangsang secara seksual?
    Jangan melakukan kontak yang merangsang seksual seperti 'petting'.
Kalau sudah terlanjur jauh, mengapa memutuskan untuk berhenti?
  1. Tuhan itu pengampun.
    1 Yohanes 1:9 berkata bahwa Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Kamu dapat mulai sesuatu yang baru dengan Tuhan kapanpun.
  2. Tuhan itu kudus.
    FirmanNya berkata bahwa dosa sex itu salah, dan Dia tahu segala yang terbaik.
  3. Tuhan itu penuh kasih.
    Tuhan tau bahwa hubungan yang terlalu jauh sebelum pernikahan cenderung memisahkan sebuah pasangan dan mengakibatkan pernikahan yang kurang bahagia. Ia tahu bahwa banyak pria tidak mau menikahi wanita yang pernah berhubungan terlalu intim dengan pria lain

Kamis, 23 Juni 2011

Tetap Kuat Walau Terpisah Jarak


Menjalin hubungan bukan sekedar bicara masalah kemesraan. Bukan pula sekedar seni mengungkapkan perasaan hati. Namun jauh lebih penting, hubungan adalah mendekatkan dua buah hati dengan jembatan komunikasi. Dan semua itu akan diuji oleh jarak, waktu dan juga gesekan atau konflik. Disinilah ujian terbesar untuk sebuah hubungan, terutama LDR (Long Distance Relationship) alias HJJ (Hubungan Jarak Jauh).

Bagi kamu yang pernah menjalani hubungan jarak jauh pasti tahu sulitnya. Menjalani hubungan satu kota aja sulit, apalagi jarak jauh, beda kota, bahkan beda negara. “Aduh, mana tahan! Berat diongkos lagi. Pulsa juga jadi boros, dikit-dikit telepon. Dikit-dikit khawatiran. Mending nggak deh” ungkap seorang teman dekat saya.
Memang ada untung ruginya ketika kita menjalani hubungan jarak jauh. Ujiannya juga lebih besar. Mempercayai orang yang kita lihat sehari-hari aja kadang sulit, apalagi mempercayai seseorang yang nggak kita lihat kegiatan dan tindakannya sehari-hari; tentu butuh pergumulan tersendiri. Belum lagi kadang miskomunikasi yang kerap terjadi, gampang memicu konflik yang gak perlu. Namun keuntungannya adalah kita dituntut untuk sama-sama dewasa, kita lebih fokus buat ngerjain tanggung jawab kita karena nggak perlu keluar banyak waktu untuk berduaan dan yang pasti kita “agak aman” dari godaan buat ngelakuin hal-hal terlarang. Gimana mau aneh-aneh kalo berjauhan kaya’ gitu

Tentu kita nggak bisa nutup mata kalo hubungan jarak jauh riskan mengalami miskomunikasi dan konflik. Terlebih lagi, sulit untuk kita menjaga hati dan terutama, percaya pada pasangan. Dibutuhkan rasa saling percaya yang sangat kuat kalau kita berniat menjalin hubungan jarak jauh dengan pasangan kita. Gimanapun rasa kesepian dan kesendirian mudah membuat kita untuk jatuh dalam godaan. Apalagi kalo kita tipe orang yang mudah cemburu dan curigaan. Kita akan mudah berfikiran negatif tentang pasangan kita, sekalipun nggak terjadi apa-apa. 

Sebenarnya, jarak nggak perlu dipersoalkan kalo kedua belah pihak sama-sama berkomitmen dan yakin akan janji Tuhan. Sebuah hubungan akan diuji oleh waktu; mau jarak jauh atau dekat. Tinggal gimana kita menyiasatinya jarak yang satu ini biar nggak jadi batu-batu kerikil yang nantinya justru membuat hubungan gak mulus.

Kunci terpenting adalah membangun komunikasi yang sehat dan mendarat. Artinya komunikasi kita bukan sebatas saling mengumbar romantisme belaka; bukan pula sekadar mengobral janji-janji dan mengumbar mimpi-mimpi indah hidup bersama. Tapi yang lebih esensi dari itu, komunikasi dari hati-ke hati, mengenal karakter pasangan, peka akan suara Tuhan tentang pasangan kita dan yang terpenting mencari tahu tujuan Tuhan atas hubungan yang sedang dibangun.

Hubungan, kalo dibangun diatas rasa saling percaya, rasa saling mendukung dengan sikap dewasa dan melibatkan Tuhan sesering mungkin; tentulah akan menjadi hubungan yang kuat, sekalipun ada badai-badai ujian yang menghadang. Tanpa kedewasaan rohani, hubungan jarak jauh akan banyak menguras tenaga, energi, pikiran, dan terutama isi dompet kita.

Jadi, pertimbangkan dan doakanlah terlebih dahulu sebelum kamu memilih untuk menjalani hubungan jarak jauh. Nggak perlu terlalu grasa-grusu dan terburu-buru untuk mengklaim seseorang itu dari Tuhan tanpa masa pengujian oleh waktu. Nggak perlu takut dan khawatir kalau orang yang kamu suka akan diambil orang lain. Percaya semua sudah diatur oleh Tuhan. Kalo memang harus menjalani hubungan jarak jauh, jalanilah dengan rasa yakin dan percaya kalo Tuhan ada sebagai pribadi utama yang mendekatkan kita dengan pasangan. Dan terlebih, belajarlah untuk membangun komunikasi yang sehat, tanpa rasa curiga, dan cemburu buta. Gimanapun cemburu memang bumbu hubungan, kalo kita tempatkan pada porsi yang tepat. Tapi kalo udah berlebihan, siapa pula yang tahan?

So, jalani LDR? Nggak perlu ragu kalo memang kita siap dengan segala resikonya. Tapi kalo belum siap, lebih baik menunda terlebih dahulu. Karena segala sesuatu yang dibangun dengan terburu-buru biasanya nggak bertahan lama, termasuk sebuah hubungan yang dibangun atas rasa cinta dan suka semata.

Gaya Hidup Anak Kerajaan Allah

“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”  (Mat 6 : 33)
“Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.” (Roma 14:17).
“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda tetapi jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” (1 Timotius 4:12)

GAYA HIDUP ANAK KERAJAAN ALLAH
Apa kehendak Tuhan bagi kita? Tuhan mengatakan agar kita bersukacita senantiasa dan rayakan Tuhan setiap waktu, Setidaknya ada 3 gaya hidup anak Allah : Bersukacitalah senantiasa; berdoa tidak berkeputusan agar dipenuhi oleh roh kudus dan berdoa dalam roh : mengucap syukur dalam segala hal seperti seorang anak kecil yang selalu berterimakasih.
Pada Abad ke-20, dikisahkan ada dua keluarga yang mengadopsi anak kembar. Keluarga pertama kaya raya dan suka bersungut-sungut, sedangkan keluarga kedua hidup sederhana dan penuh ucapan syukur sebagai anak Tuhan. Pada ulang tahun anak mereka yang kelima, kedua keluarga itu sepakat memberikan hadiah yang menjadi idaman anak-anak kecil pada masa itu yakni kuda poni.
Hari ulang tahun pun tiba dan masing-masing anak mendapatkan hadiahnya. Anak dari keluarga kaya mendapatkan sebuah bungkusan besar. Belum membuka hadiahpun si anak sudah bisa menebak isi bungkusan itu adalah kuda poni. Namun betapa terkejutnya karena ia mendapati kuda poni palsu alias kuda-kudaan. Hadiah kuda poni palsu atau mainan bukanlah hadiah yang ia idamkan. Anak itu pun bersungut-sungut karena hadiah yang diberikan oleh orang tuannya tidak sesuai harapannya.
Tiba gilirannya, anak dari keluarga sederhana menerima hadiahnya juga. Sebuah bungkusan kecil, jelas isinya bukan kuda poni. Dengan tersenyum kecil, si anak membuka hadiah. Ternyata isinya kotoran kuda. Si anak tidak marah atau bersungut-sungut. Ia justru merasa gembira. Kalau ada kotoran kuda, pasti disekitarnya ada seekor kuda. Benar sekali. Ia mendapati seekor kuda poni sedang diikat diluar rumah.
Apakah anda merasa saat ini sedang menerima “kotoran kuda” berupa tekanan, masalah, fitnah, atau disalah mengerti oleh orang lain? Percayalah bahwa Tuhan sudah menyiapkan kuda poni untuk kita. Belajarlah mengucap syukur. Tetap bersuka cita dalam keadaan apapun.

Bagaimana caranya mendatangkan / menghadirkan Kerajaan Allah dalam hidup kita ?
  1. Hidup sepenuhnya dalam firman Tuhan dan penuh Roh Kudus
Artinya kita harus terus menerus berusaha memenuhi hati kita dengan Firman Tuhan. Daud mengetahui bagaimana caranya menghadirkan Kerajaan Allah dalam hidupnya yaitu dengan merenungkan firman Tuhan siang dan malam (Mzm 1:2). Begitu pula kalau kita ingin memperoleh Kerajaan Allah, maka kita harus senantiasa mendalami firman Tuhan dengan kekuatan hikmat Roh Kudus (1 Kor 2:4-5), sehingga setelah mendalaminya, kita bisa memahami dan mengalami firman-Nya. Terlebih ketika kita menyukai firman Tuhan yang keras, maka akal budi kita (pikiran) semakin dibaharui dan diubahkan oleh Roh Kudus. Firman Tuhan yang keras akan mengubah pola pikir duniawi dan menggantikannya dengan pola pikir Kerajaan Allah (Pikiran Kristus). Sehingga dengan kita semakin haus dan lapar akan kebenaran,  semakin kita diubahkan Tuhan menjadi semakin serupa dengan gambar Kristus. Setelah hati kita penuh firman Tuhan, maka kita harus meminta kekuatan kuasa Roh Kudus untuk bisa melakukan setiap firman Tuhan itu dengan sepenuh hati, dan berjalan dalam ketaatan kepada firman-Nya.
  1. Senantiasa mencari Tuhan dan membangun kedekatan hubungan dengan Bapa
Dengan kerinduan yang sangat besar, Daud senantiasa mencari Tuhan-nya melalui doa, pujian penyembahan, merenungkan firman Tuhan, pertobatan dan ketaatan (Mzm 63).
Begitu pula kalau kita ingin memperoleh dan menghadirkan Kerajaan Allah dalam hidup kita, maka kita harus memiliki hati yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dan selalu rindu untuk mencari dan melekat kepada Tuhan. Bahkan komitmen untuk senantiasa berjalan dalam ketaatan dan kesetiaan pada Firman-Nya. Dalam 1 Yoh 3:24 dikatakan:
24 Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita.
  1. Tanggalkan semua beban dan dosa
Dalam Ibr 12:1  firman Tuhan mengingatkan:
1 Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.
Supaya kita bisa menghadirkan Kerajaan Allah di dalam hidup kita, maka kita harus pastikan bahwa kita menanggalkan semua beban yang menghalangi kita masuk dalam hadirat-Nya, dan harus bersih dari segala dosa dan kejahatan yang membuat kita terpisah dari Allah (Yes 59:1-2). Lebih lanjut dalam Ibr 12:14 dikatakan:
14 Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.
Terlebih lagi karena Allah kita adalah Kudus, maka kita pun harus hidup dalam kekudusan (baik roh, jiwa maupun tubuh). Bahkan 1 Tes 4 : 1 mengingatkan kita, supaya kita lebih bersungguh-sungguh hidup berkenan kepada Allah.
  1. Tinggallah di dalam kasih
Dalam Yoh 14 : 23 Yesus katakan:
23 ..”Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.”
Dalam 1 Yoh 4 : 16 dikatakan :
16 Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.
Selanjutnya di ayat 18 dikatakan:
18 Di dalam kasih tidak ada ketakutan : kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.
Jadi kalau kita mempraktekkan hidup di dalam kasih, maka di situ Kerajaan Allah hadir. Karena Allah adalah Kasih. Dimana ada kasih, tentu ada damai sejahtera Allah dan sukacita oleh Roh Kudus.
  1. Bertekun dan semakin giat melakukan ibadah kita dengan cara yang berkenan kepada-Nya.
Dalam Ibr 10:25 dikatakan :
25 Janganlah menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.
Sayangnya, hari-hari ini ada banyak orang Kristen yang menjalankan ibadah mereka tetapi tidak memahami apalagi mengalami hakekat ibadah yang sesungguhnya, sehingga mereka kehilangan kuasa ibadah itu sendiri. Dalam 2 Tim 3:5 dikatakan:“Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu !
Kuasa ibadah hanya dapat kita peroleh dan alami kalau kita sungguh-sungguh melakukan ibadah kita dengan cara yang berkenan kepada Tuhan, senantiasa tinggal dalam hadirat-Nya, dan memiliki kelekatan hubungan dengan Tuhan. Karena itu kita harus pastikan, kalau kita mau melakukan / masuk dalam suatu  ibadah, diri kita (baik tubuh, jiwa maupun roh kita) benar-benar layak menjadi persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah : itu adalah ibadahmu yang sejati (Rm 12:1). Barulah Kerajaan Allah hadir.
Janganlah mengikuti cara-cara orang yang masih duniawi dalam melakukan ibadahnya, sebaliknya kita harus membawa pembaharuan dan mampu membawa perubahan kepada mereka melalui keteladanan hidup kita, cara ibadah kita, dan sikap hati kita. Jadilah terang di tengah-tengah mereka.
Dalam 1 Tes 2:10-12 dikatakan :
10 Kamu adalah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku diantara kamu, yang percaya.
11 Kamu tahu, betapa kami seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang
12 dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya
Marilah kita jadikan Kerajaan Allah sebagai prioritas hidup kita yang terutama dan pertama, supaya kita benar-benar layak di hadapan Tuhan dan berkenan kepada Tuhan. Dan semakin menyempurnakan hidup kita di dalam Kristus. Sehingga Kerajaan Allah sungguh menjadi nyata dalam hidup kita.